Rabu, 16 Februari 2011

Mengingat kembali berita waktu itu...Sebuah Tanda...bukan seperti Crop Circle...(http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/2/19/b25.htm)

''Tapak Dara'' Dibuat Wong Samar dari Gunung Agung
 
Singaraja (Bali Post) -

Tiga
warga dari Desa Sibanun dan seorang warga dari Kloncing, Kecamatan Sawan, Buleleng, Kamis (17/2) sekitar pukul 22.30 wita tiba-tiba kerauhan. Peristiwa ini masih terkait dengan munculnya tanda-tanda gaib di pelinggih-pelinggih di Buleleng.
Tiga warga dari Sinabun yang kerauhan itu berlari menuju Pura Segara Sangsit. Sementara warga yang kerauhan dari Kloncing berlari ke Pura Segara Kerobokan. Sesampai di sana, mereka menunjukkan tingkah polah yang sulit disesuaikan dengan tingkah manusia. Mereka yang kerauhan itu mengaku utusan dari Gunung Agung yang ingin memperingatkan warga bahwa yang menorehkan tanda aneh itu adalah pasukan wong samar dari Gunung Agung. Mereka ingin memperingatkan manusia untuk sadar akan apa yang dihadapinya pada masa mendatang.
 
''Dari pawisik warga yang kerauhan, bahwa tanda coretan pamor itu adalah kerja dari wong samar yang ingin memperingatkan manusia akan posisinya saat ini,'' ucap Jero Mangku Alit Sulaba selaku pengempon Pura Pasupati Desa Sangsit, Kecamatan Sawan.
Menurut pamuwus warga yang kerauhan itu disebutkan bahwa tanda tapak dara itu adalah peringatan dari Hyang Kuasa atas tindakan manusia selama ini.
 
Ketua PHDI Bulelenng Ida Pandita Nabe Dwija Warsa Nawa Sandhi mengimbau agar masyarakat tidak panik dan resah dengan apa yang terjadi dengan coretan pamor itu. Bahkan, ia meminta jajaran Pemkab Buleleng menyikapi hal ini dengan lebih bijaksana. ''Semestinya, Bupati Buleleng sebagai orang nomor satu di Buleleng meminta pertimbangan atau nasihat kita terkait masalah ini. Namun, sejauh ini kami masih belum bisa berkoordinasi, sehingga belum mengeluarkan statemen resmi,'' katanya.
 
Ketua Kelompok Kajian Budaya Bali Utara Drs. I Gusti Ketut Simba saat diminta komentarnya terkait pencoretan beberapa pelinggih di merajan dan pelinggih itu menyatakan sangat percaya jika yang melakukan hal itu adalah bukan manusia biasa. ''Sangat sulit dibayangkan jika yang melakukannya orang biasa. Karena  diperlukan banyak orang dan banyak bahan untuk sampai menjangkau sekian lokasi di Buleleng,'' tandasnya. (kmb15)
 
''Tapak Dara'' di Polres Buleleng
MASYARAKAT
Buleleng hingga Jumat (18/2) kemarin masih memperbincangkan tanda gaib yang muncul di sejumlah desa di Bali Utara itu. Apalagi, setelah muncul di Sangsit dan Bungkulan, tanda gaib itu juga bertebaran di pelinggih-pelinggih di kota Singaraja dan Seririt. Di Singaraja, sejumlah pelinggih di areal Mapolres Buleleng juga tak luput dari goresan tanda gaib. Anehnya lagi, dua pelinggih di Polres Buleleng yang terkena goresan itu adalah pelinggih yang lokasinya berdampingan dengan pos jaga Satlantas di sebelah utara dan pos SPK di sebelah selatan.
''Logikanya tak mungkin ada orang yang berani masuk ke areal Polres, lalu menorehkan goresan putih di pelinggih. Apalagi pelinggih-nya itu tak mungkin luput dari pengawasan kami, karena berada tepat di depan pos jaga yang dijaga 24 jam,'' kata seorang petugas Satlantas Polres Buleleng. 
 
Di Seririt 
Di Seririt, tanda gaib itu menggegerkan warga pada Kamis (17/2) malam. Tanda gaib itu muncul pada pelinggih-pelinggih di wilayah Kalanganyar, Tegallenge, Petemon dan sekitarnya. Seorang warga dari Kalanganyar, Wisnu, menceritakan tanda-tanda gaib itu hampir menghiasi seluruh pelinggih merajan, pura, penunggun karang dan pelinggih lain di desanya. Bahkan yang aneh, ada pelinggih yang sangat keramat dan selalu diselimuti saput poleng juga tak luput dari torehan tanda gaib itu. ''Lebih aneh lagi, goresan itu berada di balik saput pelinggih,'' kata Wisnu.
 
Wisnu menuturkan, goresan putih seperti pamor itu coraknya berbeda-beda antara satu desa dengan desa lainnya. Di Kalanganyar, goresan itu coraknya garis horizontal sejajar sebanyak tiga buah. Dua goresan warnanya putih, satu goresan paling bawah warna hitam. Sementara di desa lain goresannya ada yang berbentuk tapak dara tanpa warna hitam. Atau ada juga goresannya hanya satu, atau dua, tanpa disertai warna hitam. ''Setelah menyaksikan munculnya tanda gaib itu, kami secara spontan melakukan persembahyangan,'' kata Wisnu.
 
Seorang warga dari Seririt, Sugiarta, mengatakan keyakinan bahwa goresan itu bukan dikerjakan oleh manusia. Secara logika, goresan itu dilakukan scara cepat dalam semalam di sejumlah desa di Buleleng. ''Pasukan apa yang bisa mengerjakan hal itu dalam semalam,'' katanya.
Menurutnya, goresan itu merupakan pertanda untuk melindungi jagat Bali dari kemungkinan bencana dan sejenisnya. Istilahnya, kata Sugiarta, wong samar itu ngider bhuana untuk memberikan perlindungan.
Sementara itu, jajaran Polres Buleleng tak mau tinggal diam dalam menyikapi keresahan masyarakat akibat munculnya tanda gaib tersebut. Jumat kemarin, petugas mengambil sampel goresan untuk diteliti di Lab Forensik Polda Bali. ''Kami mengambil sampel goresan itu untuk diteliti, agar warga mengetahui tentang kejelasan bahan yang digunakan menggores pelinggih mereka,'' kata Satreskrim Polres Buleleng AKP Dewa Putu Arta.
Sampel yang diambil petugas polisi adalah bahan goresan yang terdapat pada pelinggih di Polres Buleleng dan sampel yang diambil dari sebuah perumahan di Sambangan, Buleleng. (kmb15)

Sumber: http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/2/19/b25.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar